"Selamat datang di Kabupaten Magetan". Kota pinggiran yang berbatasan dengan Ngawi disebelah Utaranya. Sederhana. Sepi. Sebagian asri. Itulah kesan pertama ketika masuk wilayah Kabupaten mungil ini. Setidaknya kami sudah bisa merasakan lega setelah beberapa jam perjalanan yang menguras tenaga.
Tampak Suasana sepanjang perjalanan di Kabupaten Magetan seakan mengingatkanku pada hal serupa di kampung halamanku dulu. Siswa siswi SMP di sudut jalan itu berjalan beriringan diwaktu pulang sekolah. Tak sedikit pula yang bersepeda diantara mereka. Selain itu ada yang masih duduk duduk di depan Gapura Sekolah menunggu jemputan orang tua. Sebagian sangat kontraksi. Itulah yang aku fikirkan. Berbeda dengan daerahku yang mana banyak anak seusia mereka membawa sepeda motor ke sekolah. Padahal SIM pun belum punya.
Setelah melewati beberapa perkampungan, akhirnya kami sampai pada hamparan sawah ladang - jalur alternatif yang rada Makadam. Kulihat empat atau lima petani sedang melakukan "perogesan" (panen). Tak lupa kami Anggukkan kepala kepada mereka sebagai bentuk salam yang sederhana. Mereka adalah pejuang pangan Indonesia. Andai tak ada petani, warga Indonesia akan ramai makan Sari Roti. :D
Akhirnya setelah melewati sawah ladang, kami mulai memasuki kawasan hutan lindung Jati. Masih dalam kondisi aspal Makadam. Hutan lindung ini sebagai salah satu pintu masuk ke wilayah Patalan. Kuliat disisi kiri dan kanan penuh dengan pepohonan Jati. Sepanjang mata memandang hanya ada aspal Makadam yang tampak. Sempat membuat hati ini jengkel karena tak kunjung selesai melewati jalanan ini. Tak lupa ketika sudah setengah jalan, kami berfoto di tempat yang sulit - bahkan tidak ada - dijumpai di Malang.
Pukul 11.59 kami masuk perkampungan Patalan. Merasa heran. Takjub. Luar biasa. Mungkin terlihat sedikit Lebay. Hampir 95% - menurut perkiraan saya sendiri :D - bentuk rumah di desa ini berkonsep Joglo dengan bentuk ruang tamu yang khas memanjang. Halaman rerumputan hijau. Pagar kayu. Ruang tamu juga berpintu tiga. Dua kembar ditengah dan satu di setiap samping kiri kanan. Seperti Jawa masa lalu. Inilah perkampungan Jawa.
Lima menit berselang, sampailah kami di tujuan. Tak kusangka rumah kawanku satu ini juga berkonsep Joglo. 70% unsur pembentuk rumahnya adalah kayu jati. Suasana adem. Ruang tamu yang besar. Mungkin separuh lapangan futsal lebih. Tak ayal jika kawan ku satu ini mahir mengocek si kulit Bundar. Mungkin dia bisa leluasa latihan bola di ruang tamu. Hehehehe.
Magetan, 26 Februari 2016
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
12 comments
Magetan memang top gan
Saya Dari Jatim juga gan paling Timur pulau jawa tempatnya
semenjak baca ini jadi pengen ke magetan gan hehe
wahh deket sama kampung mbah ane dong, di lemahbang, hehe.
jadi pengen pulkam denger cerita agan
keren tulisannya gan, sebuah perjalanan yang begitu menyenangkan :-) cailaca.blogspot.co.id
mantap
Saran saja, kalo buat artikel itu dikasih gambar ya gan Blog Walking Bro http://www.1smangat.cf
Kejawen nya yg top dan perlu dilestarikan
Hehe coba sesekali ke Magetan. Ngopi di sarangan
Hehe ayo musik habis ini lebaran
Hehe terima kasih mb
Hehe iya gan. Makasih sarannya mas paijo
Post a Comment