ads

Penjualan Blackberry Turun, Blackberry Luncurkan akan Ponsel Berbasis Android

Balckberry merupakan sebuah vendor ponsel besar yang berasal dari Kanada. Dunia tak bisa menafikan kemasyuhuran ponsel ponsel besutan Pab... thumbnail 1 summary
Blackberry Priv

Balckberry merupakan sebuah vendor ponsel besar yang berasal dari Kanada. Dunia tak bisa menafikan kemasyuhuran ponsel ponsel besutan Pabrik Blackberry. Mulai tahun 2006 semartphone Blackberry sudah merambah hampir seluruh pasar ponsel dunia. Begitu besarnya penjualan dan animu masyarakat dunia terhadap vendor kanada ini hingga membuat efek goyah pada Vendor yang sudah tenar sebelumnya seperti Samsung, Sony dan Nokia.

Namun, dalam setiap siklus perusahaan pasti ada istilah pasang surut. Apalagi hal itu ditengarai oleh banyaknya persaingan antar vendor yang semakin ketat. Blackberry yang dulu berjaya dengan smartphone Curve, Bold, dan lainnya kini harus berjuang ekstra keras dalam berinovasi sehingga mampu kembali mengangkat kejayaan ditengah masalah finansial akibat penurunan penjualan. Dan langkah utama yang menjadi konsentrasi Vendor kanada tersebut adalah dengan membuat ponsel berbasis Android.

Sebelumnya, Blackbery telah merilis Android pertama mereka yang diberi nama Blackberry Priv yang dibandrol dengan harga sekitar USD 700. Pada periode ini Vendor Kanada tersebut akan meluncurkan 2 smartphone android mereka. Chen selaku direktur BB, mengatakan bahwa dua ponsel pintar itu akan menyasar segmen pasar menengah. Ponsel pertama akan dilengkapi keyboard fisik, dan satu lagi memiliki layar sentuh. Dari penjualan 2 ponsel tersebut diharapkan nantinya mampu mengangkat grafik nilai penjualan yang saat ini diketahui turun USD 200 juta (skitar 2,5 triliun) sejak bulan Desember 2015 kemarin.

Baca Juga : 
Redmi Note 3 Tahan goresan
10 Ponsel terkencang Versi Antutu
Xiaomi, Meizu, Oppo akan Ciptakan Ponsel Layar Lengkung
Bocoran Spesifikasi Mi Note 2

Smartphone Android pertama Blackberry, BB Priv, belum mampu mengangkat nilai penjualan. Alasan utama yang menjadikannya demikian ialah mahalnya banderol harga (perkiraan 9,2 juta) yang ditawarkan pabrikan ponsel Kanda tersebut sehingga kurang begitu diminati dipasar. Orang-orang cenderung akan memilih smartphone dari Xiaomi, Samsung, Sony, Lenovo dan lainnya yang lebih murah. Kendati demikian, Chen akan tetap meluncurkan 2 ponsel Android mereka, namun untuk kelas menengah dan menengah bawah.

“Banyak pelanggan mengatakan kepada kami, “Saya ingin membeli ponsel Anda, tapi harga US$700 (atau sekitar Rp9,2 juta) terlalu mahal bagi saya. Saya lebih tertarik pada ponsel murah seharga US$400 (atau sekitar Rp5 juta). Chen sebelumnya menyalahkan turunnya angka penjualan yang dialami perusahaan itu sebagai akibat dari keterlambatan dalam negosiasi dengan jaringan seluler yang terkait dengan ponsel Priv.

Pada Maret lalu, Facebook dan anak usahanya WhatsApp mengumumkan untuk menghentikan dukungan terhadap sistem operasi Blackberry. Masyarakat bisa teralihkan karena ketidaktersediaannya dalam ponsel Blackberrry. Blackberry mengatakan "sangat kecewa" dengan keputusan tersebut.

"Jika Blackberry bertekad untuk tetap dalam bisnis hardware, keputusan untuk menawarkan perangkat baru dengan harga menjangkau kelas menengah, adalah langkah yang masuk akal,"kata analis Ben Wood dari CCS Insight. "Kami percaya masih ada peluang dengan para pelaku usaha yang tidak ingin berkorban dengan memberikan iPhone kepada para karyawan mereka. Mereka juga menginginkan ponsel pintar berbasis Android yang kuat, terjangkau dan aman disesuaikan dengan penggunaan bisnis."

Perilisan 2 smartphone berbasis Android mereka nanti merupakan sebuah pertarungan terakhir Blackberry dalam produksi hardware. Jika 2 ponsel ini memiliki prospek yang cerah dan berhasil menarik minat pasar, maka Blackberry akan terus menciptakan perangkat keras selain perangkat lunak yang telah mereka ciptakan pada awal berdirinya dulu. Namun, jika penyebaran Android mereka tak sesuai harapan, maka bisa jadi Blackberry tahun depan tak akan produksi smartphone lagi.

No comments

Tips Blog

ads